Manusia dan Pandangan Hidup
A.
Pengertian
Pandangan Hidup
Pandangan hidup
bersifat kodrati, karena itu menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,
petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya.
Pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu
pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang tendapat pada negara tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil renungan pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan hidup pada
dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha,
keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang
tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat
dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan,
yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai,
tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan
kepercayaan kepada Tuhan.
B.
Cita
– Cita
Menurut kamus umum
Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan harapan, tujuan yang
selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa
yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian citacita
merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada
umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan
perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang
makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu
tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyaratan dan
kemampuan tidak/belum dipenuhi sehinga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak
mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercitacita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak
mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai
cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Ada tiga faktor dalam
pencapaian yang dicita-citakan, yaitu:
1.
Faktor
manusia
Mencapai cita-cita ditentukan oleh
kualitas manusia. Karena ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang
dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Sebaliknya dengan anak yang
berkemauan keras ingin mencapai apa yang dicita-citakan, cita-cita merupakan
motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya.
2.
Faktor
kondisi
Faktor ini yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan
yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menhambat merupakan kondsi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
3.
Faktor
tingginya cita-cita
Pepatah mengatakan “bayang-bayang
setinggi badan”, artinya mencapai cita-cita sesuai kemampuan dirinya. Anjuran ini
menyebabkan seseorang bertahap mencapai apa yang didam-idamkan. Pada umunya
dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat
itu serta kondisi yang dilalui. Contohnya seperti kondisi ini :
Pada mulanya Basir adalah seorang
pedagang kecil, pedagang kaki lima. Ia menyadari bahwa dengan modalnya yang
kecil maka dengan susah payah diperolehnya keuntungan yang berani. Karena itu
dengan hematnya disisihkan uang keuntungannya untuk memperbesar modalnya. Hal
itu berhasil diperolehnya. sehingga dengan modal yang lebih besar ia dapat
menjadi pedagang menengah. Dan dengan ketekunannya lagi dilanjutkan kegiatannya
dalam dagang. Dengan kejujuran serta kesungguhannya dapatlah ia memperbesar
usahanya melalui kredit yang dipercayakan bank kepadanya. Dengan pengalaman sebagai
bekal, kesungguhan serta kepercayaan yang dapat diberikan kepada relasinya,
Basir berhasil menjadi pedagang besar. Cita-citanya berangsur dari pedagang
kecil kepedagang menengah dan akhirnya tercapai menjadi pedagang besar.
Suatu cita-cita tidak
hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun memiliki citacita juga. Citacita suatu bangsa
merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang
masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
C.
Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan
atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan
moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia sebagai mahluk
Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi
kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air,
tumbuhtumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu
kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai makhluk
pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
Jadi baik atau buruk
itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat
umum. Disini tidak berani bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di atas
segala-galanya, sehingga suara hati, pendapat atau kepentingan diperkosa begitu saja.
Sebagai mahluk Tuhan,
manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan
agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,
untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau
kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu
adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan
hukum Tuhan. Kebajikan berani berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah
laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya.
Namun ada pula
kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini
sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan
diri-sendiri.
Kebajikan manusia nyata
dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka sesuap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri sehingga
tingkah laku setiap orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang
menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal, yaitu:
1. Faktor
pembawaan ( heriditas )
2. Faktor
lingkungan ( environment )
3. Faktor
pengalaman
D.
Usaha
/ Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah
kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk
kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan. Perjuangan
untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia tidak
dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja
keras.
Kerja keras pada dasarnya
menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas
membuat manusia itu miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan harkat dan
martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam
hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agamapun diperintahkan
untuk kerja keras. Sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W.
yang ditujukan kepada para pengikutnya: "Bekerjalah kamu seakan-akan kamu
hidup selama-lamanya dan beribadahlah kamu seakanakan kamu akan mati besok.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 11 : "sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri”. Dari hadist dan
ini dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk memperbaiki
nasibnya sendiri.
Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidakmampuan atau
kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan
tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong menolong, bergotongroyong.
Apabila sistem ini diangkat ke tingkat organisasi negara, maka negara akan
mengatur usaha/perjuangan warga negaranya sedemikian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antam sesama warga negara
dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pandangan hidup/ideologi yang dianut oleh suatu negara.
E.
Keyakinan
/ Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan.
Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme,
aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
1.
Aliran
Naturalisme
Aliran naturalisme berintikan
spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang
benar? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita
katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi
yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan
Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan
yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam yaitu :
1. Ajaran
agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabinabi. Ajaran agama yang
dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab suci A1-Quran dan
Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2. Ajaran
agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya
relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemukapemuka agama termasuk kebudayaan,
terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis oleh pemukapemuka agama. Sifatnya
dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Apabila aliran naturalisme
ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi,
pandangan hidup dilandasi oleh ajaranajaran Tuhan melalui agamanya. Manusia
yakin bahwa kebajikan itu diridhoi oleh Tuhan, pandangan hidup yang dilandasi
keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya
disebut pandangan hidup religius (keagamaan).
Sebaliknya, apabila
manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu bermula dari
kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi oleh kekuatan natur. Manusia yakin
bahwa kebajikan adalah kebajikan natur. Pandangan hidup yang dilandasi oleh
kekuatan natur sifatnya atheisme. Ini disebut pandangan hidup komunis.
2.
Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah
logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang
benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati
nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai
dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu
mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat
yang bertentangan dengan hati nurani.
Akal berasal dari
bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul istilah“hati
nurani”, artinya daya rasa Di Barat hati nurani ini menipis, justru yang
menonjol adalah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini banyak dianut
di kalangan Barat. Di Timur orang mengutamakan hati nurani,yang baik menurut
akal belum tentu baik menurut hati nurani.
Apabila aliran ini
dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari
akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima
akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya
dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut
liberalisme. Kebebasan akal menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat,
walaupun tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani.
Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap individu, karena itu individu yang
berakal (berilmu dan berteknologi tinggi) dapat menguasai individu yang berpikir
rendah (bodoh).
3.
Aliran
Gabungan
Dasar
aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan
yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai
rasa (haiti nurani). Jadi, apa yang benar menurut logika berpikir juga dapat
diterima oleh hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan
pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir,
sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya
tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika
berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan
hidup ini disebut sosialisme.
F.
Langkah-Langkah
Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita
memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang
memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula
yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan
tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup.
Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan
hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah
itu sebagai berikut :
-
Mengenal
-
Mengerti
-
Menghayati
-
Meyakini
-
Mengabdi
-
Mengamankan
( Sumber : bab8-manusia_dan_pandangan_hidup.pdf )