Selasa, 15 Oktober 2013

Diksi atau Pilihan Kata



Diksi atau Pilihan Kata

Pendahuluan

Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus sudah diperhitungkan ketepatan serta kesesuaiannya. Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna, logika, kesamaan maksud. Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks sosial ; apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat, pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku.

Pengertian

1.      Gorys keraf (2002) mengemukakan beberapa point penting tentang diksi.
2.     Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk   mencapai suatu gaasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
3.  Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
4.   Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Fungsi Diksi

1.      Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2.  Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, idak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3.      Menciptakan suasan yang tepat.
4.      Mencegah perbedaan penafsiran.
5.      Mencegah salah pemahaman.
6.      Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Diksi dan Penerapannya
Diksi :
-          Ketetapan ; makna, logika, sama maksud.
-          Kesesuaian ; cocok dengan konteks sosial.

Kata pada dasarnya merupakan lambang dari suatu objek, pengertianm atau konsep. Hubungan kata sebagai lambang dengan objek, makna, atau konsep, dapat digambarkan melalui segitiga berikut :

Referensi



Lambang       Referen (Acuan)

Gambaran atau pengertian yang timbul oleh kata tersebut disebut dengan referensi. Untuk mempresentasikan referensi tersebut digunakan lambang atau kata. Sedangkan acuannya atau benda/konsep yang didukungnya disebut dengan referen atau acuan.
 Misalnya, referensi adalah sebuah kurva tertutup yang jarak antara titik pusat ke setiap titik pada sisi sama panjang. Lambangnya atau katanya adalah lingkaran. Referensinya adalah benda dari referensi dan lambang tersebut, yakni O. Pada dasarnya, referensi pada setiap individu mungkin akan berbeda-beda, sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam konteks ilmiah, referensi harus mengacu pada lambang atau benda yang tunggal seperti pada illustrasi segitiga atau mungkin saja orang BKKBN begitu mendengar kata lingkaran langsung merujuk pada lingkaran biru. Kalau memang yang dimaksud adalah lingkaranbiru, maka perlu ada penjelasan lainnya.

Makna Denotasi dan Konotasi

a.   Makna denotasi adalah kata yang rujukannya tunggal atau makna kata yang sebenarnya, makna yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk memberikan makna tambahan. Makna kata denotasi merujuk pada konsep dasar yang didukung oleh suatu kata. Contoh lambang atau kata lingkaran yang secara jelas merujuk pada suatu bendaatau konsep yang tunggal.
b.      Ketika orang mendengar atau menyebutkan kata lingkaran lalu merujuk pada berbagai referensi, misalnya lingkaran biru, atau lingkaran setan atau lingkaran-lingkaran lain sebagai tambahan, maka kata tersebut mengandung makna konotasi.
c.       Makna konotasi adalah mana yang mengandung asosiasi-asosiasi tambahan.

Kata Umum dan Kata Khusus

a.      Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
b.      Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.
c.  Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
d.     Contoh kata berjalan perlahan-lahan lebih umum dibanding dengan tertatih-tatih.

Jargon dan Slang

a.  Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu
b.  Kata-kata ini merupakan kata sandi / kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya) : populasi, volume, abses, HO, dan sebagainya.
c.       Contoh Slang : asoy, manatahan, belum tahu, dia, dan sebagainya (bersifatsementara)

Pembentukan Kata

Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
1.      Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya:
1.      Penanggalan awalan meng-
2.      Penanggalan awalan ber-
3.      Peluluhan bunyi /c/
4.      Penyengauan kata dasar
5.      Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6.      Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7.      Padanan yang tidak serasi
8.      Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
9.      Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10.  Penggunaan kata yang hemat
11.  Analogi
12.  Bentuk jamak dalam bahasa indonesia
2.      Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.  Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari : 

a.      Definisi nominalis 
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
 
b.      Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu :
o   Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda (definisi analitik) dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia (definisi konotatif).
o   Definisi diskriptif, yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi.
c.       Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis dibedakan atas tiga macam yaitu:
o   Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
o   Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
o   Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain.
3.      Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
o   Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
o   Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.
4.      Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya :
Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
5.      Anomali
Indonesia Aslinya
bank bank (Inggris)
Intern intern (Inggris)
qur’an qur’an (Arab)
jum’at jum’at (Arab)

Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’). Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi.

Penggunaan Kata dalam Kalimat

1.      Idealnya setiap kata mengacu pada satu obyek
2.   Pada kenyataannya, suatu kata bisa mempresentasikan atau mewakili berbagai obyek, contoh kata buku, bisa mewakili ruas, bisa pula kitab.
3.   Suatu kata bisa diwakili oleh kata lain yang sama artinya. Akan tetapi kata-kata yang bermakna sama itu tidak bisa digunakan secara sama dalam konteks kalimat yang sama. Contoh:
          a.      Mereka pergi ke Yogyakarta dengan kereta cepat
          b.      Dengan cepat pertumbuhan penduduk sebesar 2,3% penduduk Indonesia pada tahun 2000
          c.       Rencana itu perlu cepat dilaksanakan
        d.     Penggunaan kata cepat pada kalimat pertama tepat, sedangkan pada kalimat ke-dua kata cepat harus diganti dengan kata laju, dan pada kalimat ke-tiga kata cepat harus diganti dengan kata segera.

4.      Selain berkenaan dengan ketepatan, pemilihan kata harus didasarkan pada kesesuaian, kesesuaian pilihan kata dapat dilihat dari kesempatan, seperti:
a.      Formal (ceramah ilmiah, karya ilmiah) dan nonformal (percakapan santai):
b.      Situasi masyarakat : masyarakat umum, petani, ilmuwan, dan mahasiswa.
c.       Nilai sosial : seperti penggunan kata istri-bini, wafat-mati.
d.     Kata baku dan nonbaku, seperti : semakin-semangkin, tidak-enggak, mengapa-kenapa.

Sumber :
Novi, Resmini. Diksi atau Pilihan Kata. Dipetik Oktober 11, 2013, dari DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point: file.upi.edu/.../DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf 

Dwiajisapto. (Februari 26, 2011). Materi Perkuliahan IESP Ekonomi Pembangunan. Dipetik Oktober 12, 2013, dari diksi (pilihan kata): http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar