Diksi atau Pilihan Kata
Pendahuluan
Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus
sudah diperhitungkan ketepatan serta kesesuaiannya. Ketepatan ialah hal yang menyangkut
makna, logika, kesamaan maksud. Kesesuaian yaitu kecocokan
dengan konteks sosial ; apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat
diterima oleh masyarakat, pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting
adalah apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang
baku.
Pengertian
1. Gorys keraf (2002) mengemukakan
beberapa point penting tentang diksi.
2. Pilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gaasan,
bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.
3. Pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
4. Pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan
kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu
bahasa.
Fungsi
Diksi
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan
secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang
tepat (sangat resmi, resmi, idak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau
pembaca.
3. Menciptakan suasan yang tepat.
4. Mencegah perbedaan penafsiran.
5. Mencegah salah pemahaman.
6. Mengefektifkan pencapaian target
komunikasi.
Diksi
dan Penerapannya
Diksi :
-
Ketetapan
; makna, logika, sama maksud.
-
Kesesuaian
; cocok dengan konteks sosial.
Kata pada dasarnya merupakan lambang
dari suatu objek, pengertianm atau konsep. Hubungan kata sebagai lambang dengan
objek, makna, atau konsep, dapat digambarkan melalui segitiga berikut :
Referensi
Lambang Referen (Acuan)
Gambaran atau pengertian yang timbul
oleh kata tersebut disebut dengan referensi. Untuk mempresentasikan referensi
tersebut digunakan lambang atau kata. Sedangkan acuannya atau benda/konsep yang
didukungnya disebut dengan referen atau acuan.
Misalnya, referensi adalah sebuah
kurva tertutup yang jarak antara titik pusat ke setiap titik pada sisi sama
panjang. Lambangnya atau katanya adalah lingkaran. Referensinya adalah benda
dari referensi dan lambang tersebut, yakni O. Pada dasarnya, referensi
pada setiap individu mungkin akan berbeda-beda, sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam
konteks ilmiah, referensi harus mengacu pada lambang atau benda yang tunggal seperti
pada illustrasi segitiga atau mungkin saja orang BKKBN begitu mendengar kata lingkaran
langsung merujuk pada lingkaran biru. Kalau memang yang dimaksud adalah lingkaranbiru,
maka perlu ada penjelasan lainnya.
Makna Denotasi dan Konotasi
a. Makna
denotasi adalah kata yang rujukannya tunggal atau makna kata yang sebenarnya, makna
yang tidak memberikan peluang pada pembaca untuk memberikan makna tambahan. Makna
kata denotasi merujuk pada konsep dasar yang didukung oleh suatu kata. Contoh lambang
atau kata lingkaran yang secara jelas merujuk pada suatu bendaatau konsep yang tunggal.
b.
Ketika
orang mendengar atau menyebutkan kata lingkaran lalu merujuk pada berbagai referensi,
misalnya lingkaran biru, atau lingkaran setan atau lingkaran-lingkaran lain sebagai
tambahan, maka kata tersebut mengandung makna konotasi.
c.
Makna
konotasi adalah mana yang mengandung asosiasi-asosiasi tambahan.
Kata Umum dan Kata Khusus
a.
Kata
umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
b.
Makin
luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata,
maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.
c. Makin
sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan
penulis pada pilihan kata secara tepat.
d.
Contoh
kata berjalan perlahan-lahan lebih umum dibanding dengan tertatih-tatih.
Jargon dan Slang
a. Jargon
merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu,
profesi, atau kelompok tertentu
b. Kata-kata
ini merupakan kata sandi / kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter,
militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya) : populasi, volume,
abses, H₂O, dan sebagainya.
c.
Contoh
Slang : asoy, manatahan, belum tahu, dia, dan sebagainya (bersifatsementara)
Pembentukan Kata
Ada
dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang
sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
1.
Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada
bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita
temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya:
1.
Penanggalan awalan meng-
2.
Penanggalan awalan ber-
3.
Peluluhan bunyi /c/
4.
Penyengauan kata dasar
5.
Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak
luluh
6.
Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran
–ir
7.
Padanan yang tidak serasi
8.
Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,,
daripada dan terhadap
9.
Penggunaan kesimpulan, keputusan,
penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan
kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk
jamak dalam bahasa indonesia
2.
Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan. Contoh definisi :
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan. Contoh definisi :
Majas
personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan
benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat,
perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi
terdiri dari :
a.
Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan
sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan
pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
b.
Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang
isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang
istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu :
o
Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan
cara menguraikan perbedaan antara penjelasan dengan cara menunjukkan
bagian-bagian suatu benda (definisi analitik) dengan penjelasan dengan cara
menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia
(definisi konotatif).
o
Definisi diskriptif, yaitu penjelasan
dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut dengan
penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi.
c.
Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang
sesuatu hal yang di jelaskan dari segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis
dibedakan atas tiga macam yaitu:
o
Definisi operasional, yaitu penjelasan
dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana
hasil yang dapat di amati.
o
Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu
hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan tujuannya.
o
Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan
cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat
membujuk orang lain.
3.
Kata Serapan
Kata
serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan
EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa asing
yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain
dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada
juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa
Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
o
Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan
analogi apabila kata tersebut memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan
pelafalannya.
o
Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa
(anomali) : dikatakan anomali apabila kata tersebut tidak sesuai antara ejaan
dan pelafalannya.
4.
Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya :
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya :
Menurut
taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi dua
golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman
yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.
5.
Anomali
Indonesia
Aslinya
bank
bank (Inggris)
Intern
intern (Inggris)
qur’an
qur’an (Arab)
jum’at
jum’at (Arab)
Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’). Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi.
Penggunaan Kata dalam Kalimat
1.
Idealnya
setiap kata mengacu pada satu obyek
2. Pada
kenyataannya, suatu kata bisa mempresentasikan atau mewakili berbagai obyek,
contoh kata buku, bisa mewakili ruas, bisa pula kitab.
3. Suatu
kata bisa diwakili oleh kata lain yang sama artinya. Akan tetapi kata-kata yang
bermakna sama itu tidak bisa digunakan secara sama dalam konteks kalimat yang
sama. Contoh:
a.
Mereka
pergi ke Yogyakarta dengan kereta cepat
b.
Dengan
cepat pertumbuhan penduduk sebesar 2,3% penduduk Indonesia pada tahun 2000
c.
Rencana
itu perlu cepat dilaksanakan
d.
Penggunaan
kata cepat pada kalimat pertama tepat, sedangkan pada kalimat ke-dua kata cepat
harus diganti dengan kata laju, dan pada kalimat ke-tiga kata cepat
harus diganti dengan kata segera.
4.
Selain
berkenaan dengan ketepatan, pemilihan kata harus didasarkan pada kesesuaian,
kesesuaian pilihan kata dapat dilihat dari kesempatan, seperti:
a.
Formal
(ceramah ilmiah, karya ilmiah) dan nonformal (percakapan santai):
b.
Situasi
masyarakat : masyarakat umum, petani, ilmuwan, dan mahasiswa.
c.
Nilai
sosial : seperti penggunan kata istri-bini, wafat-mati.
d.
Kata
baku dan nonbaku, seperti : semakin-semangkin, tidak-enggak, mengapa-kenapa.
Sumber :
Novi, Resmini. Diksi atau Pilihan Kata. Dipetik Oktober
11, 2013, dari DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point: file.upi.edu/.../DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf
Dwiajisapto. (Februari 26, 2011). Materi Perkuliahan IESP Ekonomi Pembangunan. Dipetik Oktober 12, 2013, dari diksi (pilihan kata): http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html#
Dwiajisapto. (Februari 26, 2011). Materi Perkuliahan IESP Ekonomi Pembangunan. Dipetik Oktober 12, 2013, dari diksi (pilihan kata): http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar